Perbanyak Event dan Promosi
Sabtu, 07 Mei 2011
0
Comments
Penambahan hotel berbintang di Jogjakarta tidak membuat persaingan harga kamar jatuh. Pasalnya, pengelola hotel sepakat untuk menjaga harga dan tidak melakukan banting harga. Selain itu, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIJ juga berusaha mengembangkan market pengguna jasa hotel yang datang ke Jogjakarta.
“Kalau hanya tamu yang datang itu-itu saja, pasti akan terjadi persaingan yang tidak sehat. Karenanya, kita semua harus melakukan promosi bersama,” kata Ketua PHRI DIJ Drs H KRT Istidjab N Danunagoro MM saat berkunjung ke Radar Jogja, kemarin.
Istidjab menegaskan, rata-rata okupansi hotel di tahun ini sekitar 70-an persen. Sedangkan hadirnya hotel baru, sekitar 15 hotel yang akan memulai operasinya di tahun ini, dipastikan mengurangi tingkat okupansi hotel lama yang sudah ada. Namun, prediksi GM Grand Quality Hotel ini seandainya ada upaya melakukan promosi bersama mengenai pariwisata Jogjakarta, otomatis akan terjadi peningkatan jumlah kunjungan.
“Artinya, adanya hotel baru tidak membuat persaingan yang tidak sehat. Pola seperti itulah yang seharusnya kita lakukan dan tidak berebut ‘kue’ alias jumlah tamu yang ada,” ujarnya.
Diakui oleh Istidjab, masing-masing hotel masih bisa bertahan seandainya ada penurunan hingga 65 persen tingkat okupansinya. Seandainya di bawah jumlah itu, Istidjab tidak bisa memprediksikan. “Untuk itu, perlunya berpromosi. Hotel yang baru otomatis juga berpromosi dan ini menambah upaya promosi bareng tersebut,” katanya.
Di tempat terpisah, GM Hotel Santika Premier Jogjakarta Handono S Putra mengatakan, persaingan memang tidak bisa dihindari. Namun dirinya mempercayai persaingan tetap dibutuhkan sepanjang itu untuk kemajuan bersama.
“Akan terjadi monopoli seandainya tidak ada persaingan. Hanya kita berusaha bareng-bareng agar persaingan itu menambah semangat untuk memajukan pariwisata Jogjakarta,” tegas Handono.
Pria yang juga menjabat Koordinator Pengembangan dan Penelitian I PHRI DIJ ini menegaskan, persaingan itu mau tidak mau membuat masing-masing pengelola hotel harus mencari segmentasi pengguna jasa hotel yang dikelolanya. Selain itu, strategi yang jitu akan mampu membedakan hotel yang dikelola dengan hotel lainnya. “Misalnya soal menu makanan, layanan lengkap hotel, serta ciri khas yang membedakan hotelnya dengan hotel lain,” ungkapnya.
Lainnya, korporasi hotel atau jaringan hotel mau tidak mau harus dihadapi. Hotel yang mempunyai jaringan lebih luas tentu saja mudah untuk menjual jasa layanan kamar dan lainnya. “Yang penting lagi, perbanyak kegiatan atau event di Jogjakarta, sehingga jumlah kunjungan wisatawan akan naik. Cara ini sedikit banyak membantu hotel karena mereka tentu saja butuh akomodasi untuk tinggal,” katanya.
Ketua Badan Promosi Pariwisata Kota Yogya (BP2KY) Deddy Pranowo Eryono menegaskan, pihaknya akan melakukan promosi secara terus-menerus. “Mau tidak mau, harus dilakukan promosi baik sendiri maupun bersama-sama,” kata Deddy.
#########
“Kalau hanya tamu yang datang itu-itu saja, pasti akan terjadi persaingan yang tidak sehat. Karenanya, kita semua harus melakukan promosi bersama,” kata Ketua PHRI DIJ Drs H KRT Istidjab N Danunagoro MM saat berkunjung ke Radar Jogja, kemarin.
Istidjab menegaskan, rata-rata okupansi hotel di tahun ini sekitar 70-an persen. Sedangkan hadirnya hotel baru, sekitar 15 hotel yang akan memulai operasinya di tahun ini, dipastikan mengurangi tingkat okupansi hotel lama yang sudah ada. Namun, prediksi GM Grand Quality Hotel ini seandainya ada upaya melakukan promosi bersama mengenai pariwisata Jogjakarta, otomatis akan terjadi peningkatan jumlah kunjungan.
“Artinya, adanya hotel baru tidak membuat persaingan yang tidak sehat. Pola seperti itulah yang seharusnya kita lakukan dan tidak berebut ‘kue’ alias jumlah tamu yang ada,” ujarnya.
Diakui oleh Istidjab, masing-masing hotel masih bisa bertahan seandainya ada penurunan hingga 65 persen tingkat okupansinya. Seandainya di bawah jumlah itu, Istidjab tidak bisa memprediksikan. “Untuk itu, perlunya berpromosi. Hotel yang baru otomatis juga berpromosi dan ini menambah upaya promosi bareng tersebut,” katanya.
Di tempat terpisah, GM Hotel Santika Premier Jogjakarta Handono S Putra mengatakan, persaingan memang tidak bisa dihindari. Namun dirinya mempercayai persaingan tetap dibutuhkan sepanjang itu untuk kemajuan bersama.
“Akan terjadi monopoli seandainya tidak ada persaingan. Hanya kita berusaha bareng-bareng agar persaingan itu menambah semangat untuk memajukan pariwisata Jogjakarta,” tegas Handono.
Pria yang juga menjabat Koordinator Pengembangan dan Penelitian I PHRI DIJ ini menegaskan, persaingan itu mau tidak mau membuat masing-masing pengelola hotel harus mencari segmentasi pengguna jasa hotel yang dikelolanya. Selain itu, strategi yang jitu akan mampu membedakan hotel yang dikelola dengan hotel lainnya. “Misalnya soal menu makanan, layanan lengkap hotel, serta ciri khas yang membedakan hotelnya dengan hotel lain,” ungkapnya.
Lainnya, korporasi hotel atau jaringan hotel mau tidak mau harus dihadapi. Hotel yang mempunyai jaringan lebih luas tentu saja mudah untuk menjual jasa layanan kamar dan lainnya. “Yang penting lagi, perbanyak kegiatan atau event di Jogjakarta, sehingga jumlah kunjungan wisatawan akan naik. Cara ini sedikit banyak membantu hotel karena mereka tentu saja butuh akomodasi untuk tinggal,” katanya.
Ketua Badan Promosi Pariwisata Kota Yogya (BP2KY) Deddy Pranowo Eryono menegaskan, pihaknya akan melakukan promosi secara terus-menerus. “Mau tidak mau, harus dilakukan promosi baik sendiri maupun bersama-sama,” kata Deddy.
#########
Baca Selengkapnya ....